2.18.2011

corat coret tempat sampah

            Apakah yang harus aku lakukan sekarang?
            Bersyukur atas semua yang telah Dia berikan, meskipun sakit dan pahit, bersyukur karena aku masih diberikan-Nya kesempatan untuk merasakan (lagi) semua yang yang ada.
            Atau aku harus menangis tiap malam karena aku merasakan sakit ini yang luar biasa. Aku memang pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Dan kamu tau? Ini terulang kembali lagi seperti dulu. Hanya sedikit perbedaan yang terucap namun terlalu dalam dan terlalu perih rasanya. Lukaku ini lebih dalam dan bernanah, karena aku dihempaskan secara langsung dari gedung-gedung pencakar langit, terbelenggu angin dan gaya grafitasi bumi, lalu praaaaaaak jatuh terhempas pada lantai yang beralaskan duri kaktus dan jatuh di atas lantai yang beralaskan duri kaktus yang yah.. terkenal sangat kecil dan tajam.
            Apa yang akan kamu rasakan bila kamu jadi aku? Sakitkah? Perihkah? Atau mungkin bagi kamu yang mamang belum pernah mengalaminya, kamu akan berfikir ini akan menjadi suatu hal kecil yang tak akan menyakitkan ku, karena aku dengan gampang dapat menaburkan garam diatas lukaku itu, and everything is done. Ya, aku hargai pemikiran seperti itu.
            Bukannya aku ingin mengumbar, menginginkan belas kasihan mu atas kisahku ini, atau ingin sekedar naik pamor, bukan,  bukan itu. Aku hanya ingin kamu semua tau, kalau ini benar-benar sakit. Benar-benar menyakitkan.
            Andaikan aku kapas, bagai orang tanpa hati sebenarnya,  mungkin aku tidak akan merasakan sakitnya duri kaktus itu. Kamu bisa jatuhkan aku dari gedung setinggi apapun, dari barisan pegunungan setinggi apapun, karena aku tidak akan merasakan sakit.
            Tapi aku bukan orang seperti itu, bukan seperti kapas. Aku memilki perasaan dan tentunya hati. Bukannya aku lebay, tapi inilah realitanya. Jika aku kau jatuhkan dari gedug pencakar langit aku akan menangis terisak, dan sangat terisak karena aku akan merasakan sakit yang luar biasa. Ini yang aku rasakan.
            Seandainya saja aku bisa mengatakan ini lebih awal. Andai saja aku dapat menyadari semuanya lebih awal, mungkin aku tidak akan merasa sakit, mmm, tersakiti.
            Ini bukan salahmu, sayang. Ini sepenuhnya salahku. Seharusnya aku yang lebih peka terhadap semua bibir dan gelagat manismu. Aku yang salah, telah salah mengartikan semuanya. Salah memahai dan menafsirkan. Ini semua salahku. Andai saja kala itu, aku menolak ajakanmu untuk berjalan menjelajahi gedung tinggi itu dari awal. Aku tak akan terjatuh dari puncak gedung itu. Tidak akan seperti ini.
            Taukah kamu? Aku sangat menikmati setiap perrjalanan ini denganmu. Aku begitu bahagia ketika menyambut hariku dengan mu. Tak pernah terbayangkan oleh ku sebelumnya akan berakhir seperti ini. tidak. Karena aku yakin, kamu adalah seorang malaikat Tuhan yang diturunkan untuk menjagaku.
            Mereka mengatakan “bagaimana kamu bisa menikmati tiap detik dengnnya? Padahal ia selalu saja tidak pernah menatap matamu ketika berbicara, padahal ia hanya sesekali mendengarkanmu, padahal, padahal, dan padahal ……”. Itu yang selalu mereka katakana kepadaku. Namun, aku selalu percaya bahwa kamu selalu menatap mataku ketika aku berbicara, selalu mendengarkan aku ketika aku berceloteh, selalu memperhatikan aku, selalu aku , aku, dan aku yang kamu selalukan. Aku selalu percaya akan hal itu. Aku selalu menjauhkan fikiran buruk ku tentang mu. Karena aku yakin, kamu juga rasa yang aku rasa.
            Waktu berjalan, aku masih belum paham betul bagaimana awalnya, namun aku mulai merasa apa yang mereka katakana tentang mu adalah benar adanya. Tapi aku masih saja percaya jika kamu tidaklah seperti itu, meskipun saat itu faktanya memang kamu mulai menjauh.
            Aaaaaaaaaaaaaaar!!!!!
            Aku nggak tau bagaimana aku akan mengakhiri cerita ini?!?!? aku benar benar tidak mengerti. Kamu menjauh, ya! Itu yang aku tau. Itu yang aku rasa. Itu yang mereka lihat. Kamu menjatuhkan aku dari semua bahagia yang kamu beri. Kamu! Kamu yang menjatuhkanku! Kamu! Semudah itukah kamu melupakan yang pernah terjadi? Semudah itukan kamu menghapus segala memori itu? Atau mungkin kamu enggak pernah merasakan sedikit memori itu? Enggak pernah merasakan betapa berharganya masa-masa itu?
            Tuhaaaaaan, apa yang harus aku lakukan saat ini Tuhan???
            Bantu aku! Bantu aku untuk melupakannya, bantu aku untuk menghilangkannya dari setiap detail sudut kenangan. Kuatkan hatiku. Tahanlah air mataku agar tidak menangis sia-sia. Tuhaaan tolong aku :’( 

Tidak ada komentar: